Welcome !

Perkenalkan Saya Fidelis Satrio Laba Pelajar/Mahasiswa Suka Berpetualang

Hasil Karyaku

Tentang Saya

Mahasiswa
Introvert Ekstrovert
Petualang
Tentang Saya

Fidelis Satrio Laba

Mahasiswa PBSI Unika Santu Paulus Ruteng

Seorang manusia yang mencintai sastra , lahir dan dibesarkan di Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Sekarang berstatus sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng Bercita-cita menjadi seorang pendidik yang bahagia mampu menularkan ilmu yang didapat kepada peserta didik agar kelak menjadi pemuda/i yang berguna bagi nusa dan bangsa. Aminnnnn..

Jenis Postingan

Puisi

Ada berbagai tulisan puisi yang kubuat sendiri mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua

Pantun

Pantun adalah salah satu jenis budaya sastra lama di Indonesia yang wajib dilestarikan

Kata Mutiara

Kata-kata indah berisi motivasi, sajak, ataupun sekadar perasaan yang aku alami tiap hari

Tulisan lainnya

Tulisan lain yang menginspirasi mulai dari resensi buku, novel, feature, dan lain sebagainya hasil karyaku. Semoga bermanfaat

Hasil Karyaku

SINOPSIS NOVEL BAPAK, KAPAN KITA AKAN BERDAMAI ?

 

SINOPSIS NOVEL BAPAK, KAPAN KITA AKAN BERDAMAI ?

Novel ini mengisahkan perjalanan hidup seorang anak laki-laki bernama Marolop Gurning, kerap disapa Olop, yang berasal dari Batak,Sumatera Utara. Dalam awal-awal kisahnya, kita akan diajak mengalami apa yang dialami Marolop di masa kecilnya. Ia menceritakan perbedaan perlakuan dari sang bapak. Berbagai perlakuan kasar dan penyiksaan yang dialaminya oleh sang bapak membuat Olop tidak bahagia dan selalu tersiksa . Ia bertanya-tanya mengapa bapak sangat keras padanya, tapi perlakuan kasar tersebut tidak dilakukan sang ayah pada kakak-kakaknya. Hal inilah yang membuat Olop heran sekaligus tersiksa.

Konflik antara bapak dan anak ini pun terus berlanjut, bahkan ada momen ketika Marolop hendak melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Ia harus mengikuti perintah sang bapak untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan jurusan pertanian. Padahal, ia lebih suka hal-hal yang berhubungan dengan teknik. Namun, karena tak ingin memicu pertengkaran yang lebih besar, ia pun menurut pada perintah sang bapak.

Awalnya Marolop menuruti perintah sang bapak tersebut agar tidak menyebabkan pertengkaran terus – menerus. Ternyata kepatuhan Marolop tidak berhasil meluluhkan hati bapak. Ia justru menerima perlakuan keras lagi lantaran biaya yang harus ditanggung. Sejak itulah, Marolop memutuskan untuk pergi dari rumah, pergi jauh dari rumah orang tuanya itu. Niatnya ingin ke Jakarta. Padahal, ia sama sekali tidak memiliki uang. Namun, berbekal rasa nekat, ia pun berangkat menumpang truk menuju Jakarta.

Selanjutnya, kita akan disuguhi kisah perjuangan hidup Marolop yang penuh dengan tantangan. Untungnya, ia bertemu dengan orang-orang baik yang mau menolongnya. Orang-orang ini mengasihinya lebih dari bapaknya sendiri. Hal ini justru semakin membuat miris. Ia hanyalah pemuda  yang berjuang melarikan diri dari bayang dendam terhadap bapaknya sendiri dan juga ketika ia memikirkan ibunya yang tentu sangat merindukan anak bungsunya itu, tentu merupakan suatu tantangan juga baginya.

Teka-teki itu mulai terbuka ketika sang Ibu hendak mengajaknya pulang ke rumah. Ibunya pun menjelaskan mengapa Bapak sangat membenci kehadirannya. Bapak diceritakan berkeinginan untuk memiliki seorang anak perempuan, karena bapak sudah memiliki dua orang anak  laki – laki yaitu Pattun  dan Todo serta seorang anak perempuan yaitu Lisa, sehingga anak yang masih dalam kandungan istrinya    diinginkan agar terlahir sebagai seorang anak perempuan, namun yang terlahir adalah seorang anak laki – laki yang diberi nama Marolop. Menurut pandangan orang tua Marolop mengenai kelahiran anak, diharapkan anak yang terlahir di dalam keluarga seperti  sepasang  kaki meja yang terdiri atas empat kaki, hal tersebut dikarenakan agar kehidupan anak-anak di masa depan bisa seimbang. Itulah mengapaa sang bapak sangat membenci Marolop.

Marolop pun harus belajar melapangkan dada supaya tidak semakin marah pada apa yang sudah terjadi. Tuhan pun sudah mengatur langkah Marolop, yaitu ketika ia bertemu dengan orang-orang yang tepat dan mendukungnya, termasuk calon istrinya, Tiur. Akhirnya Marolop menikah dengan Tiur. Menjelang hari pernikahan Marolop tiba-tiba bapaknya datang dan meminta maaf kepada Marolop. Marolop pun tidak percaya bahwa bapaknya sudah berubah. Walaupun begitu Marolop mau memaafkan bapaknya itu dan melupakan semua masa lalu yang menyakitkan bersama bapaknya.

Jadilah Diri Sendiri !


Seringkali kita ingin selalu menjadi yang terbaik sesuai dengan harapan orang lain. Walaupun itu bertentangan dengan hati kita sendiri, walaupun itu bukanlah sesuatu yang terbaik untuk kita, yang penting orang lain mengakuinya dan memberi pujian makanya kita keliru melakukan hal tersebut. Padahal sesungguhnya bila kita memaksakan dan menjadi orang lain demi kesenangan orang, bukan hanya kita saja yang menyiksa diri namun hal yang baik itu akan mudahnya dilupakan oleh orang lain. Jangan memaksakan diri kita untuk menjadi orang lain. Hal yang sangat penting yang harus kita sadari bahwa setiap orang berbeda dengan orang lain dalam berbagai hal apapun. Setiap manusia memiliki keunikan, talenta, dan potensi masing-masing. Begitu pun diri kita masing-masing. Pasti ada suatu kelebihan dan keunikan dari diri kita yang tak dimiliki orang lain. Untuk itu tak perlu menjadi orang lain agar disenangi orang padahal dirimu sendiri memiliki banyak keunikan dan kelebihan. Jadilah diri sendiri, karena dirimu diciptakan sempurna adanya dengan segala keunikan dan keindahan. 

Hubungi Saya

Telepon :

+628**********

Alamat :

Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur
Indonesia

Email :

fidelnarnia01@gmail.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Resensi Buku "Cinta Tak Kenal Batas Waktu"

Judul : Cinta Tak Kenal Batas Waktu Penulis : Wulan Murti Penerbit : Senja ...